-->
BLANTERWISDOM101

Kebimbangan membawa Bencana

Tuesday, April 23, 2019

Ardi dan Meli adalah suami istri yang hidup dari berjualan gorengan di SDN Tulung Harapan. Gorengan yang dijual Ardi dan Meli sangat laris karena minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng kemasan yang harganya mahal hasil 3 kali penyaringan. Dari hasil berjualan gorengan ini mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari hari. Bahkan mereka dapat membiayai sekolah anak semata wayangnya Erna sampai perguruan tinggi. Keadaan yang demikian sangat disyukuri oleh Ardi dan Meli dan serta  Erna.

Tetapi manusia tidak pernah merasa puas dengan keadaan dan keinginan manusia tiada batasnya. Demikian juga  yang terjadi dengan keluarga kecil ini. Kebahagiaan Meli mulai terusik gara gara ikut arisan yang diadakan oleh ibu ibu dilingkungan desanya. Tiba tiba Meli merasa dirinya sangat menderita  ketika mendengar cerita dari teman temannya. Julia bercerita baru saja membeli mesin cuci yang paling canggih, mesin cuci yang bisa mencuci, membilas, mengeringkan dan menyetrika sekaligus. Diana Sari bercerita baru saja mengganti Televisi yang lama dengan Televisi LED 60 inchi selebar layar tancap yang gambarnya lebih jernih, tajam dengan suara yang menggelegar.
Putri Diana bercerita habis diberi hadiah suaminya Made Enggel, emas 20 suku berupa kalung, cincin, dan giwang.
Meli tidak tahu harus bercerita tentang apa. Padahal Meli punya angan angan ingin membeli handphone baru tapi belum kesampaian. Karena malu Meli diam saja dan jadi pendengar yang setia. Sampai acara arisan selesai Meli hanya diam saja tak banyak bicara karena pikirannya melayang entah kemana. Bahkan Meli tidak tahu siapa yang memenangkan arisan hari ini.

Sesampainya di rumah Meli masih uring uringan, masih terngiang di telinganya cerita kebahagiaan  teman temannya di acara arisan itu. Malam harinya Meli merayu suaminya Ardi agar mencari penghasilan tambahan sehingga pemasukannya juga bertambah. Meli mengatakan ingin membeli handphone baru yang kameranya canggih sehingga bisa eksis di media sosial seperti teman temannya yang lain. Ardi tentu saja bingung, karena tidak biasanya Meli minta ini itu.  Ardi berusaha menjelaskan keadaan mereka berbeda dengan orang lain. Bahwa mereka cukup makan dan bisa mengkuliahkan anak saja sudah untung. Tapi Meli tidak mau mengerti dia bahkan ngambek karena keinginannya tidak dipenuhi suaminya.

Esoknya Meli tidak mau bangun dan memasak apalagi menyiapkan gorengan untuk dijual. Tapi Ardi tetap sabar dan mengerjakan semuanya sendiri. Ardi tetap berjualan di sekolah sambi berpikir bagaimana caranya agar bisa mengumpulkan banyak uang. Ardi ingat selama pernikahan mereka belum sempat menyenangkan istrinya karena hanya fokus untuk mencari nafkah.  Setelah berpikir seharian Ardi memutuskan untuk menggunakan minyak goreng bekas untuk membuat gorengan. Sehingga bisa menghemat biaya dan bisa menabung untuk membeli handphone baru.

Awalnya Ardi mencampurkan gorengan yang menggunakan minyak goreng baru dan gorengan yang digoreng dengan minyak goreng bekas. Sehingga murid murid tidak menyadari bahwa mereka telah membeli gorengan yang tidak sehat. Tapi lama kelamaan untuk meraup untung yang lebih besar akhirnya Ardi selalu menggunakan minyak goreng bekas yang sudah digunakan berkali kali sehingga minyak goreng warnanya keruh dan bau. Anak-anak SD yang membeli gorengan pun banyak yang sakit batuk, tenggorokan sakit dan sariawan.

Melihat keadaan ini para wali murid dan pihak sekolah sepakat melaporkan Ardi ke kepolisian. Ardi pun ditangkap dan ditahan di polsek. Ardi baru menyadari kesalahannya tapi apa mau dikata semuanya sudah terlambat nasi sudah menjadi bubur, Ardi harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Setelah berkasnya lengkap atau P21 kasus Ardi dilimpahkan di pengadilan. Ardi harus menghadapi persidangan demi persidangan. Atas desakan wali murid Pengadilan memutuskan Ardi bersalah dan harus dihukum. Hukuman yang dijatuhkan kepada Ardi ada 3 pilihan yaitu minum minyak goreng bekas atau dicambuk 50 kali atau membayar denda sebesar 10 juta rupiah.

Setelah berunding dengan istrinya Ardi memutuskan untuk menerima hukuman minum minyak goreng bekas. Menurut mereka hukuman itu yang paling ringan. Ardi bersedia minum secangkir besar minyak goreng bekas tetapi setelah diminum setengah cangkir  minyak goreng rasanya tidak enak dan baunya busuk Ardi pun membatalkannya dan memilih hukuman cambuk.

Ardi pun mulai dicambuk oleh algojo. Tapi baru 23 kali dicambuk Ardi menjerit jerit tidak tahan menahan sakitnya. Ardi akhirnya memutuskan memilih membayar denda sebesar 10 juta rupiah.  Begitulah akibat membuat keputusan tanpa  mempertimbangkan akibatnya. Atau keraguan-raguan dalam menetapkan keputusan juga dapat membawa bencana.

Pesan moral:
Keputusan yang dibuat tanpa mempertimbangkan baik buruknya dapat membawa bencana.
Jangan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Keraguan-raguan dalam mengambil keputusan dapat membuat hidup lebih menderita.
Share This :
I Wayan Sutejo

Guru Pendidikan Agama Hindu Asal Palembang, Sumatera Selatan

1 comments