-->
BLANTERWISDOM101

Cerita Warung WiFi: Apa Yang Dilihat dan Didengar Tidak Selalu Benar

Monday, April 6, 2020
(Foto Hanya sebagai Pemanis)

Petani Karet pernah mengalami masa keemasan ketika harga karet mencapai Rp. 25.000/kg. Pada saat itu tidak hanya petani karet yang  kesejahteraannya meningkat. Tapi hampir seluruh lapisan masyarakat juga mendapat imbasnya. Perputaran uang sangat cepat. Pasar sangat ramai, pedagang senang karena omset penjualannya meningkat tajam. Bukan hanya pedagang di pasar saja yang senang bahkan sampai pemilik showroom juga ikut menikmati hasilnya karena mobil dan motor yang dijualnya laris bak kacang goreng. Karena harga komoditi getah yang mahal, ramai ramai orang orang berlomba menanam  karet bukan hanya di daerah perkebunan, di pekarangan rumah bahkan sawah pun disulap menjadi kebun karet.

Tapi itu cerita lama. Sekarang keadaan petani karet berbalik hampir 180 derajat.  Jangankan bisa bermewah-mewah seperti dulu, bisa mencukupi kebutuhan pokok saja petani karet sudah merasa sangat bersyukur. Banyak kejadian sekarang ini  kebun karet dirombak untuk ditanami komoditi pertanian lainnya yang dianggap lebih menjanjikan. Sawah kembali difungsikan untuk menanam padi.

Wire dan Fitri Minul adalah pasangan petani karet. Keluarga ini juga sempat mengecap manis dan pahitnya harga getah karet. Kini setelah harga getah karet cenderung terus turun. Mereka berpikir keras mencari tambahan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehari hari. Untunglah Fitri seorang istri yang hemat  dan rajin menabung. Sehingga ketika masa sulit itu datang Fitri masih mempunyai uang simpanan yang cukup untuk membuka usaha baru.

Wire: "Bagaimana ini Fit, kita mau buka usaha apa ya, agar mendapat uang tambahan?"
Fitri: "Usaha apa ya? Aku juga bingung mau buka usaha apa?"
Wire: "Usaha apa saja Aku mau, yang penting halal"
Fitri: "Baiklah mari kita pikirkan bersama-sama"

Wire dan Fitri bengong beberapa saat seperti sepasang ayam yang sedang sakit sambil dikepalanya berputar putar macam macam pikiran tentang usaha yang memungkinkan mereka buka. Setelah beberapa lama berpikir. Tiba-tiba Wire tersenyum dan kepalanya mengangguk angguk.

Wire: "Kita berdua 'kan hobi masak... bagaimana kalau kita  buka usaha kuliner saja"
Fitri: "Usaha kuliner? buka warung makan maksudmu?"
Wire: "Ya betul... Masakan mu kan enak. Nih lihat perutku sampai gendut"
Fitri: "Iya ya..  Aku baru ingat kalau kamu selesai makan masakanku, badanmu sampai basah oleh keringat sampai berjam jam. Tapi apa kamu yakin usaha kita akan berhasil?"
Wire: "Aku sangat yakin. Selain karena masakanmu yang enak. Di sekitar kita banyak terdapat orang orang yang tinggal ditempat kost,  ada beberapa kantor yang pegawainya lumayan banyak serta ada beberapa sekolah"
Fitri: "Baiklah... kalau begitu aku setuju"

Akhirnya Wire dan Fitri sepakat membuka usaha kuliner Be Guling atau Be Genyol. Warung makan itu diberi nama Warung Makan Be Guling WiFi. WiFi adalah singkatan nama mereka berdua Wire dan Fitri. Kemudian mereka menata tempat makannya sedemikian rupa sehingga terkesan kekinian dan menyediakan Wifi/Internet gratis agar anak anak muda tertarik datang dan makan di warung itu.

Maka demikianlah Warung Makan Be Guling WiFi segera menjadi terkenal. Pelanggannya banyak dan terus bertambah dari hari kehari. Selain karena cita rasa masakannya yang enak,  Wire dan Fitri juga melayani pelanggannya dengan ramah dan sopan. Sehingga pelanggannya merasa senang dan puas. Untuk menghindari pelanggan berhutang Wire berinisiatif membuat beberapa tulisan kreatif yang lucu lucu tapi berisi informasi yang tegas. Diantaranya pesan dilarang bon: Hirosima hancur karena Bom, Warung makan hancur karena Bon. Diluar Anda adalah teman, Disini Anda adalah Pelanggan. Hari ini Bayar, Besok Gratis. Ada juga tulisan kocak seperti: Jika Anda Puas beritahu teman, Bila Anda kecewa beritahu kami.

Pada suatu hari  Windi mengajak William makan di Warung Makan WiFi yang sudah terkenal itu. Windi dan William datang agak pagi. Pada saat itu masakan diwarung itu belum siap saji. karena biasanya warung makan itu mulai buka pukul 09.00 WIB. Agar Windi dan William tidak kecewa Wire menyuguhkan teh manis dan gorengan gratis sambil menunggu hidangan utama disiapkan. Wire dan Fitri selalu bekerja sama dalam menyiapkan masakan. Mereka biasa membagi tugas agar hidangan cepat tersaji. Wire sibuk memotong Be Guling sementara Fitri sibuk menyiapkan bumbu bumbu rahasia keluarga yang sudah diwariskan selama tujuh turunan dan menggoreng Be Guling yang sudah dipotong Wire.

Pada Saat Wire sedang memotong Be Guling, Si Garong kucing kesayangan Fitri naik ke meja dan hendak mencuri secuil Be Guling. Melihat itu Wire marah dan mengejar Si Garong yang lari ke depan warung sambil Wire  membawa Pisau Blakas yang tajam berkilat-kilat. Wire lalu berhasil menangkap Si Garong sambil ngomel-ngomel. "Dasar meong nakal... Awas ya... kupotong-potong nanti tubuhmu dan kumasak jadi lauk," kata Wire sambil menggendong Si Garong. Melihat Wire menggendong kucing dengan membawa Pisau Blakas sambil mengancam kucingnya, Windi dan William menjadi ngeri.

Setelah sampai di dapur Wire memberi Si Garong sepotong daging lalu meletakkannya di bawah meja. Wire lalu meneruskan pekerjaannya memotong Be Guling. Setiap Pisau Blakas Wire menghantam Be Guling, Si Garong terkejut hingga selalu mengeong. Sampai suatu ketika tanpa sengaja Wire menginjak ekornya, Si Garong pun menjerit mengeong dengan keras.
Windi dan William juga mendengar suara Si Garong ketika mengeong setiap Wire menghantamkan Pisau Blakasnya apalagi ketika Si Garong menjerit keras. Windi dan William merasa kasihan karena menyangka Wire benar benar memotong Si Garong untuk dijadikan lauk.

Si Blacky adalah anjing kesayangan Wire. Si Blacky baru saja pulang selesai berjemur untuk menghindari Virus Corona. Si Blacky menggonggong manja sambil naik ke meja tempat Wire memotong Be Guling. Melihat itu Wire memarahinya dan Blacky lari ke depan warung. Wire berlari mengejar Si Blacky sambil masih menenteng Pisau Blakasnya. Wire lalu menggendong Si Blacky sambil ngomel ngomel. "Dasar anjing nakal... Awas ya... kupotong-potong nanti tubuhmu dan kumasak jadi lauk". Windi dan William melihat kejadian jadi merinding bulu kuduknya.
Wire meletakkan Si Blacky di meja di sebelahnya. Wire lantas melanjutkan pekerjaannya memotong Be Guling. Setiap Wire menghantamkan Pisau Blakasnya, Si Blacky menggonggong karena matanya kena percikan air dari Be Guling. Sampai suatu ketika kaki Si Blacky tergencet talenan. Berteriaklah Si Blacky terkaing kaing dengan keras karena kesakitan.
Windi dan William tambah mengkeret ngeri, dan ketakutan. Windi dan William membayangkan Wire telah memotong motong tubuh Si Blacky.

Setelah beberapa saat  Fitri pun selesai memasak Be Guling dan kini hidangan yang maha lezat sudah siap. Karena Fitri sibuk mencuci perabotan di belakang warung.  Wire lantas menyajikannya dihadapan Windi dan William. Aroma masakan menyebar keseluruh ruangan warung. Mencium aroma masakan yang sedap Si Garong dan Si Blacky berlari dan diam menunggu di bawah meja makan tanpa sepengetahuan Windi dan William. Kedua bianatang itu berharap mendapat jatah tulang belulang Be Guling

Wire mempersilahkan Windi dan William menikmati hidangan Be Guling.
Wire: "Windi, Willi silahkan makan... ini merupakan hidangan daging spesial yang tak akan kalian jumpai ditempat lain. Rasanya Mak Nyuss... pokoknya"
Windi ragu-ragu sejenak.
Windi: "Baiklah.... sepertinya enak sekali"
Windi mengambil sendok garpu dan mulai menusuk daging Be Guling itu dengan garpunya.
Pada saat itu di bawah meja kaki Si Garong terinjak oleh Blacky sehingga Si Garong mengeong halus. Windi terkejut, Ia merasa suara itu berasal dari daging di piringnya.

William  ragu-ragu sejenak dan tak percaya pada pendengarannya. William lalu mengambil sendok garpu dan menusuk daging Be Guling di piringnya. Pada saat bersamaan di bawah meja Si Blacky menggigit kaki Si Blacky karena kakinya diinjak. Si Blacky pun menggonggong pelan. Mendengar suara itu William terkejut dan yakin bahwa suara gonggongan itu berasal dari daging di piringnya.

Windi dan William saling berpandangan. Wajah mereka  menyiratkan keheranan, kengerian, ketakutan dan jijik. Windi dan William sangat yakin bahwa hidangan dihadapan mereka itu adalah daging kucing dan anjing yang mereka lihat ditangkap oleh Wire. Seketika nafsu makan mereka lenyap. Mereka lantas mengeluarkan uang dan meninggalkan sejumlah uang di meja dan selanjutnya Windi dan William mengambil langkah seribu alias kabur tanpa berpamitan kepada Wire dan Fitri.

Pesan Moral:
Apa yang kita lihat dan dengar secara langsung belum tentu sesuai yang kita pikirkan.    Jangan menarik kesimpulan dari satu segi saja tanpa memperhitungkan sudut pandang yang lain.






Share This :
I Wayan Sutejo

Guru Pendidikan Agama Hindu Asal Palembang, Sumatera Selatan

0 comments