-->
BLANTERWISDOM101

Balasan bagi Penghianatan Seorang Sahabat Karib

Monday, March 18, 2019




Di sebuah kolam milik masyarakat desa adat Tulung Harapan yang airnya cukup dalam, lokasinya persis dibelakang Pura Puseh. Hiduplah tujuh ekor ikan Nila yaitu  Slamet, Dika, Ucok, Elli, Yuska, Bella dan Deni.   Seekor yuyu yang bernama Jaye, dan seekor bangau yang bernama Cangak mereka semua  bersahabat. Mereka sudah lama tinggal dan menetap di kolam itu. Mereka senang hidup di kolam itu karena selain airnya yang jernih dan sejuk juga persediaan makanan yang melimpah. Mereka tidak pernah kekurangan makanan sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman.

Akan tetapi tiba masa kemarau yang sangat panjang, yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Air kolam yang dulunya jernih, penuh makanan bagi semua penghuni kolam kini airnya menjadi surut, kering dan berlumpur.  Tentu saja ketujuh ikan nila dan yuyu kesulitan dalam mencari makanan, bahkan untuk bernapas saja ikan-ikan itu sangat kesulitan. Lumpur membuat mata ikan-ikan itu pedih,  tidak dapat melihat dengan jelas dan pernapasan mereka tidak dapat berfungsi dengan baik. Yuyu masih sedikit beruntung karena ia lebih dapat bertahan pada keadaan yang buruk itu.

Ketika keadaan semakin memburuk, datanglah Cangak si burung bangau sahabat mereka. Bangau memang tidak selalu ada di kolam itu. Seringkali  ia pergi selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu ke tempat-tempat lain untuk berkumpul bersama dengan teman-temannya sesamaa bangau. Melihat keadaan sahabat-sahabatnya, segera ia menawarkan bantuan. Kemudian ia bertanya kepada ketujuh ikan nila dan yuyu, 

“Maukan kalian kutolong untuk pergi dari tempat yang sudah seperti neraka ini?”

“Tentu saja” sahut ketujuh ikan nila serempak. Mereka sudah sangat tersiksa dengan mengeringnya air kolam.

“Bagaimana caranya?” tanya Jaye si yuyu.

“Tidak jauh dari sini ada  sungai yang sangat dalam, Kali Lempuing namanya. Airnya sangat bening dan juga penuh dengan makanan.” Kata Cangak sambil menunjuk ke arah  Timur yang sangat jauh.

“Aku akan menerbangkan kalian ke sana. Agar kalian tidak mengalami bencana kekeringan ini”.  Cangak yang sebenarnya sedang kelaparan itu tersenyum licik. Rupanya Ia telah merencanakan sesuatu yang jahat.

“Tapi ada tujuh ekor ikan nila dan seekor yuyu yang harus kamu pindahkan. Bagaimana mungkin?” tanya Jaye.

“Mudah saja bagiku, aku akan membawa kalian terbang satu per satu. Aku akan mulai dengan ikan-ikan ini dulu.” Kata Cangak sambil memandang kepada ketujuh ikan nila yang sedang sekarat itu.

“Baiklah jika demikian. Memang benar, ikan-ikan nila ini perlu didahulukan, daripada aku.  Keadaanya sudah sangat payah. Bawalah terlebih dulu mereka.” sahut Jaye. 

Maka demikianlah, Cangak mulai mengambil Nyoman Slamet. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati. Paruhnya yang panjang dan kuat itu bisa saja melukai badan Si Slamet. Ia tersenyum licik dan segera terbang. Ia terbang dengan sangat cekatan. Tetapi ternyata Cangak tidak membawa Slamet ke Kali Lempuing melainkan dibawanya Slamet ke pinggir kebun karet, lalu Cangak tertawa terbahak-bahak. 

“Kalian memang goblok. Seebenarnya, aku telah mengambil keuntungan dari musibah yang kalian alami. Aku tidak akan melepaskanmu ke Kali Lempuing itu. Tetapi aku justru akan memakanmu” kata Cangak.

Kaget sekali ikan mas itu mendengar kata-kata Cangak. tetapi ia tidak berdaya. Dengan perasaan sedih dan putus asa, ia berkata,

“Sungguh tega dirimu hai Cangak.... teganya....teganya... teganya... , menipu sahabat-sahabatmu sendiri.”

Cangak hanya tertawa pendek. Ia membawa Slamet ke sebuah tempat yang agak lapang. Lalu menyantap Ikan mas itu tanpa perasaan bersalah sedikitpun. 

Beberapa saat kemudian, Cangak telah kembali ke kolam, ia kemudian mengambil Made Dika. Tentu Cangak tidak mengantarkannya ke Kali Lempuing, tetapi justru memangsanya di pinggir kebun karet itu. Demikian seterusnya hingga Ucok, Elli, Yuska, Bella dan Deni dimakan oleh si Cangak. 

Kini tibalah giliran Jaye.

“Mari Jaye, sekarang giliranmu. Naiklah dan berpegangan pada leherku.”

Jaye segera naik. Ia gembira sekali. Ia membayangkan akan segera berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, ketujuh ikan nila itu. Tetapi alangkah terkejutnya Jaye ketika mereka tiba  di pinggir kebun karet. Dari ketinggian Ia melihat banyak tulang-tulang ikan berserakan. ia kemudian bertanya kepada Cangak,

“Hai Cangak, tulang-tulang siapakah ini? Mengapa begitu banyak dan berserakan di sini?”

Cangak tertawa dengan kerasnya.

“Itu adalah tulang-belulang Slamet, Dika, Ucok, Elli, Yuska, Bella dan Deni teman-teman kita. Aku telah memakan mereka semua. Tahukah kamu Jaye, bahwa sekarang adalah giliranmu untuk menjadi santapanku?”

Menyadari apa yang telah  terjadi, dengan cepat Jaye yang masih bergantung di  leher Cangak menjepit leher Bangau yang jahat itu dengan sekuat-kuatnya. Jaye mengerahkan seluruh tenaganya. Cangak menjerit-jerit dan melompat-lompat kesana kemari dengan kesakitan. Cangak lupa jika Jaye tidaklah selemah ketujuh ikan nila Slamet, Dika, Ucok, Elli, Yuska, Bella dan Deni.

“Lepaskan leherku Jaye. Bukankah kita bersahabat?” Kata Cangak sambil menjerit-jerit kesakitan dan berusaha melepaskan diri.

“Kamu bukan sahabat ku Cangak. Kamu memanfaatkan kesulitan teman-temanmu. Itukah yang kamu namakan sahabat? Tidak ada ampunan untukmu Cangak!” Kepiting sangat marah dan semakin memperkuat jepitannnya.

“Lepaskan aku!!! lepaskan aku....  Percayalah aku tidak akan memakan mu. Aku akan benar-benar membawamu ke Kali Lempuing seperti yang kujanjikan” kata Cangak sambil mengelepar-gelepar karena menahan rasa sakit. Suaranya makin parau dan melemah karena tenaganya sudah habis.

Tetapi Jaye tidak memperdulikan ucapan si Cangak, karena sudah tidak peraya lagi pada si Cangak. Sekali pembohong tetaplah pembohong piker si Jaye. Dia tidak ingin tertipu dua kali, maka  terus saja menjepit leher si Cangak.

Akhirnya, Si Cangak mati karena tidak bisa bernapas akibat jepitan Jaye yang sangat kuat. Ia roboh di antara tulang-tulang ketujuh ikan nila.  Dengan sedih Jaye berjalan menuju sungai Kali Abang. Ia telah kehilangan sahabat-sahabatnya.


Pesan Moral:

Jangan mudah percaya dengan ucapan manis, bisa saja itu tipu muslihat.
Janganlah mengambil keuntungan dari kesusahan orang lain, apalagi mereka adalah sahabatmu sendiri.
Jangan menyia-nyiakan kepercayaan orang lain, sekali engkau berbohong selamanya tidak akan dipercaya lagi.

(Disadur dan terinspirasi dari geguritan Cangak)

Share This :
I Wayan Sutejo

Guru Pendidikan Agama Hindu Asal Palembang, Sumatera Selatan

3 comments

  1. Replies
    1. Terima kasih kunjungannya boss... Pantau terus cerita dari blog kita. Semoga bermanfaat.

      Delete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete